Learn to Be A True Muslimah

Bismillah..

Alhamdulillah.. hari ini ada acara lomba masak daging di pondok kami.. Dulu pondok kami bernama sekolah dasar qur’ani.. tapi sekarang sudah berubah menjadi pondok pesantren.. dan yang menjadi mudirnya adalah pasangan hidup ana sendiri.. Ana masih ingat bagaimana ketika pertama kali bertemu dengan beliau saat ta’aruf.. dalam hatiku mengalir dan terdengar ayat yang sangat indah.. waqulnaa haasya lillaahi maa haadzaa basyaroo.. in haadzaa.. illaa malakun.. kariiiim..

Lomba ini dilaksanakan antar tiap halaqoh tahfidz.. sedangkan tahun ini ana ditugaskan untuk mengajar kelas 1 usia 6-7 tahun.. Wah, lombanya sama kakak kelas nih.. akhirnya ana merencanakan membuat sate bumbu kacang dengan tumis kentang.. namun ternyata kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan..

Tadi malam.. putra keduaku yang bernama Syathibi sakit panas.. padahal rencana untuk membeli bahan dan bumbu adalah malam hari.. akhirnya diundurlah menjadi pagi hari..

Pagi harinya ternyatajuga belum bisa membeli bumbu.. akhirnya hanya membawa sedanya yang ada di rumah.. setiba di pondok.. dagingnya masih kaku karena baru dikeluarkan dari freezer..

Singkat cerita.. bumbu yang terbeli hanya dua: merica dan ketumbar bubuk.. padahal halaqoh lain sudah ada yang memotong sayuran dan menghaluskan bumbu..

Akhirnya halaqoh kami mendapat daging dan diolah sebisanya.. awalnya daging dibungkus dengan daun pepaya dan dikasih air sedikit lalu dipotong-potong, lalu dimasukkan ke dalam bumbu… ditusuk lalu dibakar di atas arang yang menyala..

Dengan bumbu seadanya.. bawang putih dan bawang merah dikasih halaqoh Ustadzah “Taat”, sedangkan garam dan kecap minta sedikit ke halaqoh Ustadzah “Pilihan”.. saosnya hanya kecap manis tanpa bawang merah dan cabai.. hiasannya timun dan tomat yang alhamdulillah sudah disiapkan 2 hari yang lalu.. tentu kami tidak berharap akan mendapatkan juara di lomba ini..

Tetapi… ternyata dugaanku salah.. dengan rencanaku membeli bumbu yang gagal memang membuatku sedih.. namun hal ini membuatku untuk lebih memahami kehidupan bahwa apa yang Allah takdirkan.. bisa jadi lebih baik daripada yang kita inginkan.. bahkan yang terbaik..

Alhamdulillah pada lomba memasak kali ini halaqoh kami mendapat juara dua dengan juri dari pengajar yang tidak mengampu halaqoh…

Alhamdulillaah bini’matillaah tatimmus shaalihaat

Bismillah..

Sudah tiga tahun berlalu.. sejak aku selesai wisuda Al-Qur’an.. setelah menikah, aku minta izin untuk tetap bisa mengajar dengan niat menjaga dan menambah ilmu yang sudah dimiliki.. Awalnya mengajar anak-anak SMK pelajaran Fisika dan Kimia dari kelas 10 hingga kelas 12.. saat itu aku sedang hamil.. masih disibukkan dengan menghitung dan menganalisis, alhamdulillah itulah salah satu kesukaanku..

Namun, dalam hati aku berdoa pada Allah agar bisa mengajari anak-anak kecil untuk menghafal Al-Qur’an. Alhamdulillah doaku dikabulkan Allah.. setelah buah hati pertamaku berusia 3 bulan, aku mengajar anak-anak sekitar usia 6 tahun untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an.. Mereka semua belum bisa membaca Al-Qur’an, bahkan ada yang dari nol/jilid 1. Dengan berjalannya waktu, alhamdulillah dalam 4 bulan mereka semua sudah bisa membaca Al-Qur’an dan dalam 1 tahun sudah bisa menghafal 1,5 juz.

Setiap hari aku dan murid-muridku yang berjumlah 8 orang membaca Al-Qur’an di Sekolah Cahaya. Kami belajar di rumah joglo dengan cat dinding warna merah, sehingga kami sering menyebutnya Rumah Merah. Rumah itu di setiap sisinya diselimuti dengan tirai bambu sehingga ketika siang hari kami bisa melihat pemandangan di luar berupa tanah lapang yang hijau. Di depan rumah merah, ada bunga berwarna kuning yang indah.

Di Sekolah Cahaya yang luas itu ditanami berbagai macam tanaman buah-buahan. Orang-orang yang paham pertanian bisa mengetahui nama pohon itu hanya dengan melihat daunnya, meskipun pohonnya belum berbuah.

Tahun pertama aku diberi amanah untuk menjadi guru qur’an di sekolah ini. Indah, karena dekat dengan murid. Tahun kedua, jumlah murid menjadi semakin banyak berjumlah 80an sehingga diperlukan banyak guru, lalu aku diminta untuk menjadi Koordinator Al-Qur’an. Dan tahun ini adalah tahun ketiga, aku diamanahi untuk menjadi Waka Kurikulum di Sekolah Cahaya, dengan jumlah murid sekitar 120an anak..

= = = =

 

Bismillah..

Suatu hari, setelah halaqoh al-qur’an dibuka, aku ingin memberi warna baru pada pelajaran qur’an, meskipun inti kegiatannya sama, yaitu menghafal dan muraja’ah al-Qur’an..

“Anak-anak, sebelum kalian menghafal al-qur’an, Ustadzah mau memberi sebuah tugas hari ini. Kira-kira kalian ingin tahu tidak, tugasnya apa?”

“Ya, Ustadzah, mau.”

“Kalau mau, dengarkan baik-baik! Carilah dua puluh batu kerikil di halaman, di taman, atau di rerumputan.”

“Untuk apa ustadzah?”

“Kerikilnya buat apa… nanti Ustadzah beritahu setelah kalian mendapatkan kerikilnya. Baik, apakah sekarang kalian sudah siap untuk mencari kerikil?”

“Siap, Ustadzah.”

“Ingat! Tidak boleh kurang dari dua puluh! Ustadzah beri waktu paling lama lima belas menit, harus sudah kembali. Carilah kerikil dengan ukuran yang besarnya hampir sama! Ustadzah ingin tahu, siapa ya.. yang nanti paling cepat mendapatkan dua puluh kerikil. Sudah siap?”

“Siaap!”

“Baiklah, ayo cari kerikilnya sekarang! Satu.. dua.. tiga!”

Alhamdulillah, anak-anak mulai berhamburan keluar dari rumah merah untuk mencari kerikil..

= = = = =

Kira-kira untuk apa ya, kerikil itu? 🙂

Kerikil itu digunakan sebagai alat untuk menghafal Al-Qur’an. Setiap kali membaca satu ayat, maka satu kerikil dipindahkan ke tempat lain di sebelahnya hingga kerikil itu habis dipindahkan. Dengan demikian, satu ayat diulang sebanyak dua puluh kali, baru disetorkan ke ustadzah.. 🙂

 

 

Alhamdulillaah, hari ini -Senin, 24 Maret 2014- adalah hari ketujuh dari hari kelahiran putra pertama kami. Hari ini kami mengadakan aqiqah dan mencukur rambut buah hati kami, sekaligus memberinya nama. Pembagian daging aqiqoh terutama dilaksanakan di dua tempat, yaitu di tempat tinggal kami di Sragen, dan di tempat orang tua kami di Karanganyar. Selebihnya dibagikan pula kepada kerabat dekat, sahabat, para guru -ustadz/ustadzah- yang pernah mengajar.. memberikan ilmunya dengan ikhlas kepada kami.. serta kepada orang2 yang telah memberikan banyak jasanya kepada kami.

Orang tua yang baik tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang istimewa di masa depan. Untuk itu, mereka akan selalu mendoakannya demi keberhasilan dan kesuksesannya. Salah satu doa itu tercermin dari nama yang diberikan pada anak tersebut.

Setelah bermusyawarah dan membaca beberapa buku dan rujukan, alhamdulillah akhirnya kami bersepakat untuk memberi nama buah hati pertama kami dengan nama: Shuhaib Shafiyyurrahman… :). Tentu ada latar belakang di balik pemberian nama tersebut. Nama pertama: Shuhaib.. adalah nama pemberian dari ibunya, sedangkan Shafiyyurrahman.. adalah nama pemberian ayahnya.

Mengapa dinamakan Shuhaib?

Karena saat menghafal al-Qur’an, ibunya sangat mengagumi sebuah ayat dalam kitabullah, yaitu Surat Al-Baqarah ayat 207. Kemudian, setelah membaca tafsir dan asbabun nuzulnya, kekaguman itu semakin bertambah dan bertambah.. dan tiada habis2nya hingga sekarang. Subhanallah..  betapa beruntungnya orang yang dimaksud dalam ayat tersebut. Apalagi ayat itu diakhiri dengan nama/sifat Allah yang sangat indah dan menentramkan hati.. Wallaahu Ro-uufun bil ‘ibaad.. Dan Allah Maha Penyantun pada hamba-hamba Nya.. 🙂 Siapakah orang yang dimaksud dalam ayat tersebut? Dia adalah Shuhaib bin Sinan Ar-Rumy.. 🙂

Shuhaib bin Sinan adalah seorang sahabat Nabi yang memiliki hati dan budi pekerti yang mulia. Dia termasuk As-Sabiquna Al Awwalun dan pejuang perang Badar dan perang Uhud. Selain itu, dia sosok yang terpandang dan berwibawa. Rasulullah sangat menyayanginya, lantaran keshalehan dan ketakwaannya. Dalam pergaulan, ia termasuk orang yang periang dan menyenangkan. Ia bisa diterima oleh semua sahabat dan kalangan.

Sahabat yang sangat mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ini dikenal taat beribadah, mudah bergaul, periang dan sangat dermawan. Sejarah mencatat, Shuhaib bahkan sering menghabiskan gajinya yang diperoleh dari baitulmal untuk membantu orang-orang membutuhkan. Yaitu fakir miskin, anak yatim, dan para tawanan perang.

Shuhaib selalu tampil dekat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, terutama dalam setiap peristiwa penting. Ia memiliki keahlian serta kemahiran dalam memanah dan lempar lembing. Ia tidak pernah membiarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berada dalam posisi antara dirinya dengan musuh. Begitulah kesetiaan Suhaib hingga Rasulullah wafat.

Betapa indahnya, kata-kata yang terucap oleh Shuhaib bin Sinan, sebagai bukti rasa tanggung jawabnya sebagai seorang Muslim yang telah berbai’at kepada Nabi.

“Tidak ada suatu perjuangan bersenjata yang diterjuni Rasulullah, kecuali pastilah aku menyertainya. Dan tidak ada suatu bai’at yang dijalaninya, kecuali tentulah aku menghadirinya. Dan tidak ada suatu pasukan bersenjata yang dikirimnya, kecuali aku termasuk sebagai anggota rombongannya. Dan tidak pernah beliau bertempur baik di masa-masa pertama Islam atau di masa-masa akhir, kecuali aku berada di sebelah kanan atau di sebelah kirinya. Dan kalau ada sesuatu yang dikhawatirkan Kaum Muslimin di hadapan mereka pasti aku akan menyerbu paling depan, demikian pula kalau ada yang dicemaskan di belakang mereka, pasti aku akan mundur ke belakang serta aku tidak sudi sama sekali membiarkan Rasulullah berada dalam jangkauan musuh sampai ia kembali menemui Allah…!”

Itulah, kata-kata yang terucap dari mulut Shuhaib bin Sinan. Bukankah hal ini menunjukkan gambaran akan keimanan yang istimewa dan kecintaan yang luar biasa atas Rasul-Nya?

Mengapa dinamakan Shafiyyurrahman?

karena ayahnya berharap.. kelak salah satu spesialis keilmuan yang ia kuasai adalah Sejarah Kenabian. Shafiyyurrahman adalah nama ulama yang mengarang kitab Ar Rahiqul Al Makhtum, Sirah Nabawiyah yang menjadi Juara I Lomba Penulisan Sirah Nabawiyah yang diselenggarakan oleh Rabithah Alam Islami dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Selain itu, ketika buah hati pertama kami lahir, ia tidak menangis. Awalnya kami khawatir, mengapa tidak menangis? Apakah ia masih hidup di dunia ini? Ibunya memanggilnya beberapa kali agar ia bangun.. “Bangun sayaaang.. banguun..!”. Alhamdulillah, tidak lama kemudian ia membuka kedua matanya, dengan pandangan mata yang sangaat jernih.. Oleh karena itu ia diberi nama Shafiyyurrahman.. seseorang yang memiliki mata yang jernih pemberian dari Ar-Rahman. Semoga jernih pula akalnya dan jernih pula hatinya. Aamiin.. Inilah doa dari kami untuknya melalui nama yang indah yang kami pilihkan untuknya.. 🙂

 

Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin..

Pada pagi hari yang indah, tanggal 8 Februari 2014, saya mendapatkan kabar yang amat menggembirakan dari salah seorang ustadzah di Al-Izzah. Kabar ini juga saya dapatkan dari salah seorang ibu yang menelpon saya.. Dengan hati berbunga-bunga, ibu tersebut memberitahukan kabar yang amat baik mengenai putrinya ini.

Kabar apakah itu? Alhamdulillah.., salah seorang santriwati yang dulu saya bimbing di Al-Izzah hingga khatam 15 juz, insya Allah malam hari itu akan menyelesaikan hafalannya hingga 30 juz.. Allaahu Akbar!!

Shafa Shafira Rabbani, nama santriwati itu. Padahal, teman2nya lebih dulu satu bulan menyetorkan hafalan.. dan ananda Shafa merupakan urutan ke-3 dalam menyelesaikan hafalan 15 juz.. tapi akhirnya dialah yang pertama kali menyelesaikan hafalan 30 juz dalam satu angkatannya.

Aku jadi teringat masa-masa manis bersama mereka. Pagi, sore, dan malam hari.. membaca, menghafal, dan murajaah Al-Qur’an. Dari buku monitoring hafalan, bisa kulihat beberapa santriwati yang memiliki keistiqomahan yang baik.. tidak terlalu mengejar kuantitas hafalan, tapi istiqomah selalu menyetorkan hafalan sesuai target minimal, yaitu satu halaman per hari..

Alhamdulillah, dengan sedikit motivasi akhirnya semua santriwati bisa menghafal minimal satu halaman per hari meski waktu untuk mencapainya berbeda-beda. Saya melihat sebenarnya sebagian dari mereka memiliki kemampuan yang lebih dari itu. Lalu saya memberi pengumuman, “Santriwati yang bisa menghafal 1 halaman/hari mendapatkan nilai A, sedangkan yang bisa menghafal 2 halaman/hari (=1 lembar/hari) maka mendapat nilai A+.”

Awalnya sebagian dari mereka tidak percaya, “Ustadzah, apa mungkin kami bisa menghafal 2 halaman per hari?” Akhirnya kukatakan bahwa itu mungkin saja terjadi.. tentu membutuhkan beberapa tahapan, misal:

-hari ke-1: setor 1 halaman 5 baris. ini berlangsung selama satu minggu

-hari ke-1 pekan 2: setor 1 halaman 10 baris, berlangsung selama 1 pekan

-hari ke-3 pekan 3: setor 1 halaman 15 baris = 2 halaman

Apalagi jika hari libur (Sabtu dan Ahad) mereka tetap menghafal meski beberapa baris, maka itu bisa menjadi tabungan hafalan untuk pekan berikutnya..

“Nah, kalau kalian sudah terbiasa menghafal 2 halaman per hari pada saat masih kelas 7, maka insya Allah nanti ketika sudah duduk di kelas 8.. untuk menghafal 3 halaman per hari itu juga mudah..

Kalau kalian bisa menghafal 2 halaman/hari (Senin-Jumat), maka dalam satu bulan bisa hafal 2 juz, artinya insya Allah ketika selesai kelas 1, sudah khatam 15 juz. Jika kebiasaan ini diteruskan insya Allah kelas 8 nanti kalian sudah khatam 30 juz. Aamiin..”

YA.. alhamdulillah, cita-cita mereka untuk menjadi hafidzah akhirnya terwujud juga. Dalam waktu kurang lebih 8 bulan, sudah ada santriwati yang khatam 15 juz. Dan pada tahun kedua ini, sudah ada satu santriwati yang selesai 30 juz dalam waktu kurang dari 1,5 tahun (-+17 bulan).. yang insya Allah dalam waktu dekat akan disusul oleh teman2nya yang lain. Ya… kuperkirakan setiap selisih satu pekan atau dua pekan ini sudah ada teman2nya yang akan khatam 30 juz.

Alhamdulillah, padahal lembaga menginginkan santriwatinya bisa hafal minimal 15 juz dalam waktu 2 tahun.. tapi akhirnya cukup banyak yang bisa melebihi harapan. Dalam waktu dua tahun (atau kurang) anak usia 13-14 tahun ini sudah bisa khatam 30 juz. Allaahu Akbar!!

= = =

Semoga tulisan ini bisa memotivasi kita semua untuk menghafal Al-Qur’an hingga khatam 30 juz. Aamiiin.. 🙂

http://alizzah-batu.sch.id/hafidzah-pertama-santri-smp-al-izzah/

Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu, Selasa 17 Desember 2013 kami mengikuti wisuda tahfidzul qur’an di Gedung Auditorium M. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta. Acara wisuda ma’had AMCF ini diikuti oleh para wisudawan, wisudawati, pembimbing tahfidz kami, tamu undangan, dan keluarga dari wisudawan-wisudawati.

Acara ini diselenggarakan setiap 3 tahun sekali. Pada tahun ini, wisudawan-wisudawati yang diluluskan sebanyak 44 orang, terdiri dari 26 wisudawan dan 18 wisudawati. Kami berasal dari ma’had2 AMCF se-Jateng dan DIY. Ma’had Putra berasal dari ma’had di Solo, Jogja, dan Demak. Kalau yang putri berasal dari dua ma’had di Solo, yaitu Ma’had Al-Manar dekat UMS dan Ma’had Baitus Salam dekat UNS.

Susunan acara terdiri dari pembukaan, sambutan2, parade murottal, prosesi wisuda, taushiyah, dan penutupan. Acara berlangsung dari pukul 08.30 hingga dhuhur. Banyak tokoh-tokoh penting yang mengisi sambutan.. lalu dilanjutkan parade murottal, yaitu beberapa wisudawan maju ke panggung untuk membacakan hafalan mereka. Saat prosesi wisuda, para wisudawan dipanggil satu per satu untuk maju ke depan untuk diberikan ijazah. Setelah itu ganti wisudawati maju ke depan tapi di sebelah kiri yang agak tertutup. Tempat duduk putra dan putri dipisah dengan hijab. Jadi kami bisa cukup nyaman beraktivitas.

Taushiyah diisi oleh Ustadz Mu’inidinillah. Isi taushiyahnya, subhanallah.. menggetarkan hati dan membuatku menangis.. entah berapa kali aku meneteskan air mata ketika mendengar taushiyah beliau. Isi taushiyahnya kurang lebih seperti ini:

-Ketika membaca al-qur’an, maka sertailah dengan tadabbur, maka akan muncul keberkahan. Dasar: QS. Shad: 29.

-Para penghafal alqur’an itu memiliki kedudukan yang mulia. Ini berbanding lurus dengan tanggung jawabnya. Semakin besar/mulia kedudukan maka semakin besar tanggung jawabnya. Al-Qur’an adalah mukjizat.. para da’i dan penghafal qur’an lah yang akan merefleksikan alqur’an (mukjizat) ini di tengah masyarakat. Kalau Nabi Isa ‘alaihis salam memiliki mukjizat dapat menghidupkan orang mati (dengan izin Allah), maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan mukjizat Al-Qur’an bisa menghidupkan sebuah generasi yang awalnya mati menjadi sebuah peradaban yang madani.

-Jangan sampai Islam dianggap jelek karena penghafal al-qur’annya. Penghafal al-qur’an harus memiliki akhlak yang baik, dan kelebihan2 lainnya. Ia dikenal dengan puasanya, dengan malam harinya yang diisi dengan ibadah2.. dll. Meskipun penghafal qur’an memperoleh kedudukan yang tinggi tapi hati2 karena kalau niatnya salah akan menjadi salah satu dari tiga golongan orang yang masuk neraka pertama kali. Na’udzubillahi min syarri dzaalik..

-Dalam masyarakat kita, penghafal al-qur’an adalah orang yang langka.. dan yang lebih langka lagi adalah yang memiliki hafalan MUTQIN, bukan hanya KHOTIM. Jadi, yang diharapkan bukan hanya khatam setor hafalan qur’an 30 juz  tapi juga memiliki hafalan yang KUAT, artinya bisa membacakan hafalannya kapanpun diminta (tanpa perlu muraja’ah atau berpikir panjang).

-Meskipun sudah lulus lembaga tahfidz, jangan berhenti di sini. Belajarlah lagi tentang ‘ulumuddin yang lain seperti Bahasa Arab, ‘Ulumul Qur’an, Hadits, Shiroh Nabi dan Ushul Fiqih.. agar lebih mudah memahami al-qur’an, mentadabburinya, dan mengamalkannya.

-Untuk orang yang sudah lulus mahad dan sudah mengikuti wisuda tahfidz akan diberikan ijazah tahfidz.. Sebenarnya ijazah itu bukan diberikan pada orang yang sudah hafal qur’an tapi pada orang yang sudah selesai belajar tahsin. Mengapa? karena hafalan itu bisa hilang sedangkan ilmu tahsin yang sudah dikuasai seseorang itu tidak hilang (jika selalu digunakan dan diajarkan). Contohnya: seseorang yang sudah hafal qur’an kemudian menikah, bisa dijumpai di antara mereka yang sudah hilang/kabur hafalannya karena sudah sibuk mencari nafkah (atau menjadi ibu rumah tangga). Namun, kalau ilmu tahsin itu bisa lebih bertahan lama meskipun disibukkan dengan aktivitas lain.

Man qoro’a khomsa laa yansa. “Barangsiapa yang membaca 5 juz per hari maka dia tidak akan lupa.” Tidak ada ceritanya, para sahabat melakukan muraja’ah dulu kemudian baru bisa membacakan hafalannya. Mengapa? kerena para sahabat sudah memiliki hafalan yang MUTQIN. Bisa jadi seorang yang (dulu) hafal qur’an itu kalah dengan seorang ibu atau nenek dalam hafalan surat Yasin. Mengapa? karena ibu/nenek tadi membaca Surat Yasin seminggu sekali. Sedangkan yang hafal qur’an tadi sudah lama tidak memurajaah hafalannya. Oleh kerena itu, minimal bacalah (khatamkan) al-Qur’an minimal sekali dalam sepekan, insya Allah tidak akan lupa (dilupakan).

Kurang lebih seperti itu taushiyah dari beliau. Seperti yang dikatakan teman2 mahad, wisuda bukanlah akhir, tapi sebuah awal untuk memeliharanya hingga akhir hayat. Sebuah program yang bukan hanya dijalankan oleh kita sendiri, tapi juga pendamping hidup kita dan keluarga kita agar program ini menjadi sebuah kebiasaan yang tak terputus hingga akhir hayat.

Alhamdulillah, aku diberikan karunia pendamping seorang yang hafal qur’an. Dengan demikian, kami bisa saling bantu-membantu untuk menjaganya. Dia tidak akan memarahiku ketika hafalanku kurang lancar atau ada yang salah. Dia akan memahamiku bahwa aku butuh waktu khusus agak lama untuk membaca al-Qur’an. Dia tidak akan meremehkanku ketika aku belum bisa melanjutkan sebuah ayat yang diucapkannya. Karena seorang yang hafal qur’an itu tahu untuk mendapatkan hafalan mutqin itu butuh waktu panjang yang tidak sebentar, bahkan bertahun-tahun lamanya..

= = = = =

Allaahummaj’alnaa min ahlil qur’aanilladziina hum ahluKa wa khosh-shotuka Yaa Arhamar Roohimiin..

Ya Allah, jadikanlah kami sebagai ahli qur’an yang mana mereka adalah keluarga-Mu dan orang2 pilihan-Mu.. Ya Allah Yang Maha Penyayang.. Aamiiiin…

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, beribu syukur kupanjatkan pada-Nya. Tak terasa air mataku mengalir karena sangat bahagia. Aku senang sekali karena lima hari kemarin Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan doaku. Aku telah memohon pada-Nya dalam waktu yang lama. Sudah dua Romadhon kulalui, dan itulah yang kupinta pada-Nya.. InnaHuu Kaana bii hafiyyaa..

Ternyata Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu di langit dan di bumi.. mengetahui yang telah lalu dan yang akan datang.. memberikan yang lebih bermanfaat dan lebih utama kepada hamba-Nya.. dan dengan ditundanya pengabulan permintaan itu, bisa jadi lebih baik dan lebih berkah daripada dikabulkan pada waktu yang kita minta…

Lama sekali aku memohon pada-Nya.. dengan linangan air mata dan dengan memelihara harapanku kepada Allah.. Aku pernah meminta kepada-Nya agar diberi sifat tawakkal. Ternyata untuk mendapatkannya, seseorang akan diberikan ujian dulu.. karena sifat itu akan nampak ketika seseorang telah menempuh ujian kehidupan..

Kadang dalam doaku aku bertanya dalam hati, mengapa selalu ada halangan ketika aku hampir meraih keberhasilan? Padahal aku telah mengerahkan seluruh tenagaku, waktuku, dan pikiranku untuk mencapainya.. Aku juga telah mengorbankan banyak hal, rela menderita, rela kelaparan, rela kecapekan karena perjalanan yang jauh dari rumah ke mahad, rela meninggalkan kesempatan sekolah S2, rela tidak menikah lebih dulu, rela tidak bekerja, rela tidak punya uang sama sekali selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu.. agar punya banyak waktu yang banyak untuk menuntut ilmu dan menyelesaikan hafalan hingga tasmi’ akbar..

Namun, pada akhir doaku, aku selalu berusaha untuk selalu berprasangka baik pada-Nya. Karena Dia lebih Mengetahui akan hamba-Nya daripada hamba itu sendiri. Itulah salah satu yang membuatku masih tetap bertahan, selalu bersyukur dan husnudhon kepada Allah.. dan aku berpikir bahwa semakin banyak ujian yang diberikan, itu artinya Allah semakin sayang pada hamba-Nya.. dan bisa jadi, ada orang yang ujiannya melebihi diriku… Bisa jadi kita tidak menyukai sesuatu tapi itu baik untuk kita, dan bisa jadi kita menyukai sesuatu tapi itu buruk untuk kita..

Sebenarnya aku sudah khatam hafalan quran sekitar bulan Maret 2012 yang lalu.. yang setelah kuhitung, aku telah menyelesaikan hafalan dalam waktu 1,5 tahun jika dihitung waktu aktif menghafal.. Delapan bulan pertama aku telah mendapatkan 15 juz, padahal aku bukan orang pondok dan tidak begitu mengerti bahasa Arab, dan waktuku masih terbagi lagi untuk mendapatkan sedikit uang pada sore hari.. Setelah itu, datanglah ujian, aku harus melamar pekerjaan di Jakarta dan di Solo, yang akhirnya mengantarkanku menjadi Guru Fisika di Sekolah Insan Cendekia..

Harapanku untuk menyelesaikan hafalan terlalu besar hingga akhirnya aku meninggalkan pekerjaan lalu masuk ma’had lagi.. Setelah khatam dan selesai murajaah semua hafalan 30 juz, tibalah waktu ujian niha-i.. Saat itu aku sangat bersemangat hingga menginap di kost teman dekat mahad. Tengah malam sudah bangun untuk murajaah dan datang pagi2 setelah shubuh ke mahad untuk muraja’ah lagi.. Tapi ketika jadwal ujian tiba, aku jatuh sakit dan kehilangan suaraku.. tidak bisa mengeluarkan suara kecuali dengan berbisik.. Setelah kuteliti apa sebabnya, ternyata karena aku menghafal di tempat yang dingin dalam waktu lama dan minum es satu hari sebelum ujian..

Aku tidak menyerah, aku mencoba lagi untuk kedua kalinya.. dan ketika mau ujian, aku jatuh sakit lagi.. sampai ibu kasihan padaku.. Sebenarnya semangatku sangatlah tinggi tapi fisik belum bisa mengikuti..

Aku mencoba lagi untuk yang ketiga, tapi saat itu adalah bulan Romadhon dan ustadzah hanya bisa hadir dua jam di mahad. Padahal, untuk ujian hafalan itu butuh waktu lama hingga berjam-jam.. Akhirnya ditunda.. ujian insya Allah akan dilaksanakan setelah liburan semester.. aku merasakan aku benar2 diuji dengan kesabaran..

Ketika aku akan mencoba yang keempat, aku sudah diminta untuk pergi ke Jawa Timur untuk menjadi guru tahfidz di sana. Padahal dulu aku memperkirakan bisa pergi ke sana setelah aku selesai ujian di mahad.. Setelah istikhoroh dan musyawarah dengan keluarga akhirnya aku berangkat ke Jawa Timur, meski dengan berat hati.. karena sebagai anak aku harus mengutamakan orang tua. Waktu keberangkatanku hanya selisih beberapa hari sebelum semester baru dimulai.. Aku pergi ke sana dengan merawat harapanku untuk bisa ujian suatu saat nanti.. Itulah sebabnya, aku hanya ingin fokus dengan hafalanku ketika menjadi guru tahfidz dan tidak mengajar Fisika, meskipun aku punya kemampuan dan sudah diminta pihak sekolah. Namun, qodarullah aku pun akhirnya jadi Guru Fisika juga di sana khusus untuk pemecahan soal2 sebelum UAN.

= = = = =

Alhamdulillaah,setelah lama berdoa akhirnya tercapai juga keinginanku yang telah lama kuimpikan… Tiga hari yang lalu aku telah berhasil melaksanakan ujian nihai/murajaah 10 juz per hari di hadapan ustadzah. Dua hari berikutnya, langsung dilajutkan Tasmi’ Akbar 30 Juz selama dua hari.

UJIAN NIHAI

-Senin, 10 Desember 2013: juz 1-10 (dibaca -dengan hafalan- dalam waktu 4 jam)

-Selasa, 11 Desember 2013: juz 11-20 (dibaca -dengan hafalan- dalam waktu 4,5 jam)

-Rabu, 12 Desember 2013: juz 21-30 (dibaca -dengan hafalan- dalam waktu 5 jam)

TASMI’ AKBAR

-Kamis, 13 Desember 2013: juz 1-15  (dibaca -dengan hafalan- dalam waktu 5 jam 45 menit)

-Jum’at, 14 Desember 2013: juz 16-30  (dibaca -dengan hafalan- dalam waktu 5 jam 45 menit)

= = = = =

Alhamdulillah, padahal 2 minggu yang lalu, aku hanya punya 12 juz yang sudah disimakkan ke ustadzah. Ketika di mahad pun aku hanya setor 1 juz saja.. kadang 2 atau 3 juz.. karena sibuk menjadi Guru Fisika dan Guru Kimia di pondok dekat rumah. Jadi delapan kali kedatanganku ke mahad tahfidz itu baru mendapatkan 12 juz. Sehingga masih ada 18 juz yang lain yang harus disiapkan dalam 2 minggu ini. Aku meminta izin kepada suami untuk bisa tinggal di rumah orang tua agar bisa fokus dengan hafalan.

Dalam dua minggu itu pun aku mengalami kegagalan dua kali, rencananya mau maju 6 juz sekali duduk pada minggu pertama tapi berhenti pada hari kedua.. karena memang beberapa juz agak sulit dimurajaah dalam waktu singkat. Pada minggu kedua ujianku terhenti pada hari keempat karena ada dua juz yang belum kumajukan. Apalagi ini sedang masa kehamilan, murajaah  bisa dilakukan dengan baik kalau sore dan pagi menjelang siang.. kalau malam hari dan dini hari itu mual dan badan lemes karena dingin..

Oleh karena itu, ujian niha-i dilaksanakan pada minggu ketiga, mepet sekali dengan tasmi’ akbar. Akhirnya, mungkin inilah yang dipilihkan oleh Allah, aku tidak ujian 6 juz sekali duduk tapi langsung 10 juz sekali duduk. Padahal aturan di mahad, ujian niha-i adalah mengkhatamkan quran dengan membacanya 6 juz sekali duduk/hari selama lima hari.

Dalam dua minggu itu aku selalu berdoa agar dimudahkan. Dan aku merasa memang sangat dimudahkan karena bisa memurajaah hafalanku dengan baik dan lancar hanya dengan melihat/membaca quran satu atau dua kali saja untuk tiap halamannya.. tapi itu masih belum cukup, karena tiap halaman harus digabung menjadi satu juz, dua juz, tiga juz, dst.. hingga sepuluh juz..

Ketika mau ujian niha-i 10 juz sekali duduk itu, ada juz yang hanya kubaca satu kali. Bahkan ada 3 juz yang belum kubaca karena sudah tidak ada waktu. Jadi aku menggunakan ingatanku satu minggu yang lalu atau bahkan dua minggu yang lalu.

Saat tasmi’ akbar hari pertama, aku tidur lebih awal, lalu bangun tengah malam untuk menyiapkan. Aku hanya punya waktu 3 jam (jam 01.00 – 04.00) untuk menyiapkan, dan baru bisa memurajaah dengan baik 8 juz saja, yaitu juz 8-15.. juz 7 dan 6 hanya kubaca sebagian.. sedangkan juz 1- juz 5 blm sempat terbaca sama sekali karena pukul 04.30 harus sudah di mahad untuk tasmi’. Namun, alhamdulillah.. akhirnya 15 juz pertama ini bisa kubaca dengan baik selama 5 jam lebih 45 menit (05.00 – 10.45).

Untuk tasmi’ akbar hari kedua, aku punya waktu lebih banyak untuk murajaah.. tapi masalahnya aku merasa 15 juz terakhir ini belum selancar 15 juz awal.. sehingga kemungkinan akan lebih lama dari hari pertama.. tapi tidak masalah karena sebenarnya kita yang niha-i diberi jatah 7,5 jam untuk membaca 15 juz itu.. Dengan pertolongan Allah alhamdulillah hari kedua pun juga sama, 5 jam 45 menit untuk menyelesaikan juz 16- juz 30. Kalau dirata-rata, satu juz dibaca dalam waktu 23 menit.

Namun, pada dasarnya.. aku sangat menyukai bacaan lambat dan mujawwad daripada bacaan cepat.. Hanya saja karena mengejar waktu aku mencoba untuk mencepatkan bacaanku.. dan alhamdulillah orang yang bacaan qur’annya lambat sepertiku akhirnya bisa membaca cepat juga.. setelah melalui proses panjang..

Aku membayangkan proses panjang yang dialami seseorang itu seperti sebuah logam yang sedang ditempa dengan besi dan dipanaskan dalam api, atau mungkin dipotong sebagian lalu dihaluskan dengan mesin.. mengalami kesakitan dan penderitaan.. namun setelah proses itu ‘selesai’, maka logam itu akan menjadi benda yang indah dipandang dan sangat bernilai harganya..

= = = = =

InnallaaHa binnaasi laRouufur-Rohiim…

Sesungguhnya Allah amat sayang pada hamba-hamba-Nya..

Alhamdulillah, pagi hari ini, Ahad 26 April 2013 kami murabbiyah kelas 7 dan para santriwati kelas 7 mengadakan acara outing class. Acara outing ini berbeda dari outing2 sebelumnya. Biasanya kalau outing itu kita ke tempat-tempat wisata kota Batu, sedangkan acara ini cukup di Desa Sumberejo, di perkampungan dekat lokasi sekolah.

Pagi-pagi kami berkumpul di HTB (Hall Terbuka) untuk pengarahan dan pemberian bekal untuk acara outing nanti. Acara ini bersifat sosial, yaitu membantu orang-orang yang kurang mampu di sekitar Al-Izzah dengan sedikit uang program yang kami miliki pada bulan Mei ini untuk Outing.

Kegiatan outing ini adalah memberi uang kaget pada orang yang dipilih. Setiap perwakilan kamar (minimal 2 orang) akan diberi sejumlah uang. Mereka bertugas untuk mencari rumah2 yang sekiranya kurang layak dihuni. Lalu penghuni rumah yang ada di depan rumah itu diberi pertanyaan2 sederhana oleh para santriwati. Jika bisa menjawabnya, maka penghuni rumah tersebut mendapatkan imbalan lima ribu rupiah untuk satu pertanyaan. Setelah acara pengarahan dan doa, maka kami pun berangkat.

Alhamdulillah, setelah berjalan beberapa menit dari gerbang sekolah, kami bertemu dengan seorang nenek yang sudah lanjut usia di rumahnya yang sederhana. Akhirnya 2 orang santriwati dari kamar 212 (Arina Roikhana dan Retno Resti) menanyai beliau. Karena sudah sangat lanjut usia, pertanyaan2 yang mudah pun belum bisa dijawab olehnya. Akhirnya nenek itu pun diberi pertanyaan, “Jumlah putranya ada berapa?” Karena sudah dijawab lalu nenek itu diberi pertanyaan..

Yang kedua, ada seorang kakek2 yang sudah sangat senja usianya duduk di depan rumah dekat jalan.. Alhamdulillah kakek ini bisa menjawab dua pertanyaan, lalu diberi sepuluh ribu rupiah. Kakek itu sangat senang dan mendoakan kebaikan bagi kami.. 🙂

Yang diberi pertanyaan bukan hanya orang yang tinggal di rumah, nenek yang jualan di warung pun juga diberi pertanyaan oleh anak2. Ada seorng nenek yang sedang mencuci piring di depan warungnya lalu kami hampiri.. berkenalan sebentar dan minta izin untuk memberi pertanyaan. Alhamdulillah, akhirnya bisa.. Nenek itu pun ceria dan bahagia karena tiba2 ada yang ngasih uang hanya dengan menjawab pertanyaan..

Meskipun nilai yang kami berikan kecil, namun semoga kegiatan ini bisa menumbuhkan rasa cinta pada orang-orang yang kurang mampu dan menyuburkan sifat dermawan dalam hati kami. Aamiin..

Alhamdulillah, hari Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 25 Mei 2013.. ada kegiatan lomba bahasa Arab dan bahasa Inggris di Al-Izzah. Acara ini diikuti oleh kelas 7, 8, dan kelas 11 SMP-SMA AL-IZZAH Batu. Apa saja acara lombanya.. 🙂

1. Intermezzo Bahasa Arab (iklan dalam bahasa Arab)

2. Intermezzo Bahasa Inggris (iklan dalam bahasa Inggris)

3. Sur’atul Insya’ (Spelling bee dalam bahasa Arab)

4. Telling Story (bercerita dalam bahasa Inggris)

5, Poster berbahasa Arab dan berbahasa Inggris

6. Rank 1 Bahasa Arab

7. Rank 1 Bahasa Inggris

8. Orasi berbahasa Arab

9. Orasi berbahasa Inggris

 

Acara ini ditutup dengan pengumuman pemenangnya pada malam harinya, yaitu pada acara EAT PARTY..

Dalam pesta ini semua peserta diminta memakai baju-baju yang unik dan lucu. Ada yang kostumnya mirip kelinci, kucing, mickey mouse.. ada yang mirip tuan putri dalam negeri dongeng, dan tuan putri dari India..

Yang menurutku sangat kreatif adalah ada anak2 yang memakai topi perahu di atas kepalanya, ternyata perahu itu dibuat dari sajadah yang dilipat.. lalu di atas topi itu dikasih satu sampai tiga lidi (diambil dari penebah).. lidinya dipasangkan ke perahu dengan jepit jemuran.. hmm.. kreatif sekali yaah.. 🙂

Acara ini dipandu oleh 2 MC, satunya pakai bahasa Inggris, satunya pakai bahasa Arab.. mereka memanggil 2 orang untuk maju ke depan (untuk tiap lomba).. yang akan mengumumkan siapa saja pemenangnya.. siapakah the winner and the runner up nya.. oh ya, dua orang yang ngumumin ini pun pakai kostum.. ya gpp karena semua yang datang di acara ini adalah santriwati dan para ustadzah.

Ketika para pemenang diumumkan, suasana pun jadi lebih meriah karena mendapat dukungan dari supporter dari tiap kamar, kelas, atau santriwati2 per murabbiyah. Hadiah diserahkan oleh perwakilan dari ustadzah secara bergantian (karena lombanya banyak)..  Selain hadiah, pemenang juga mendapatkan sertifikat.

Oh ya.. kenapa acara ini dinamakan eat party? sebenarnya bukan acara makan2 kue dsb yang menghabiskan biaya banyak.. tapi cukup sederhana saja.. tiap peserta di awal acara diberi permen lolypop dan diperbolehkan keluar dari ruangan itu jika permennya sudah habis.. 🙂

yaa.. demikianlah acaranya semoga bermanfaat dan membuat kita makin semangat dalam mempelajari bahasa.. Aamiin.. 🙂

Bismillah..

Kemarin ketika aku naik tangga asrama menuju lantai dua, ada seorang santri yang menyapaku, “Ustadzah.. ustadzah mau nikah ya?”, tanya santri itu sambil meunggu jawabanku.

Saat itu aku sedang memikirkan hal lain, sampai2 aku lupa kalau seminggu lagi akan menikah. Akhirnya pertanyaan itu hanya kujawab dengan senyuman saja sambil berlalu.. karena aku sangat malu, meskipun pada murid2ku.

Aku merasa ini seperti bukan kenyataan, seperti mimpi saja. Masya Allah, aku mau menikah? Sepertinya aku tidak percaya dengan hal ini, dan terdengar agak asing di telingaku.

= = = = =

“Pokoknya Ustadzah gak boleh nikah!”, kata salah seorang muridku sambil agak merengek dan menangis. Dia berkata begitu karena tidak ingin ditinggal pergi oleh murabbiyahnya.. karena biasanya kalau sudah menikah itu ya sudah tidak tinggal bersama dengan para santriwati lagi.. lalu ikut suaminya.

Untuk memberikan ketenangan padanya, lalu kuberikan jawaban, “Setelah menikah ustadzah tetep di sini ko.. sampai Juni, insya Allah.”

Lalu santri kels 7 itu menjawab, “Jangan sampai Juni, Ustadzah.. Ustadzah perginya kalau kami sudah lulus kelas 9 saja, nunggu kami lulus. Masak Ustadzah tidak menyaksikan kami mengkhatamkan hafalan qur’an?”

Lalu kujawab, “Oh, iya ya.. ”

= = = = =

Suatu hari di masjid setelah adzan ketika menunggu waktu sholat maghrib, tiba2 seorang santri menjatuhkan kepalanya ke pangkuanku sambil memperlihatkan muka agak sedih, “Ustadzah mau nikah ya?”.

“Lho ko bisa tahu, dari mana? Apa sumber beritanya terpercaya?”, tanyaku untuk menyelidiki lebih jauh.

“Iya, ustadzah..bisa dipercaya.. yang bilang tadi ustadzah A yang ngajar di kelas.  Ustadzah jangan pergi..”, jawabnya dengan sendu.

Sambil berpikir agak lama, akhirnya aku pun menjawab, “Nak, tidak apa-apa. Insya Allah nanti pengganti ustadzah itu lebih baik dari ustadzah ko. Nggak usah khawatir..”

Setelah agak hening, aku pun melanjutkan. “Ustadzah ingin sekolah lagi, Nak.. Nanda punya cita-cita kan? Ustadzah juga punya cita-cita.. Ayo.. segera membuat shaf di depan”, jawabku. Mungkin jawaban ini bisa membuat dia mengerti.

= = = = =

Alhamdulillah, yang kusyukuri dari proses pernikahanku ini adalah tidak didahului dengan kemaksiatan seperti doa yang sering kumohon pada-Nya. Aku belum pernah bertemu dengan beliau sebelumnya baik di dunia maya ataupun nyata. Hari pertama kami ta’aruf, hari kedua beliau langsung mengkhitbahku.. 🙂

Yang membuatku tertarik pada beliau adalah karena beliau mirip denganku, memiliki sesuatu yang sama denganku, memiliki cita-cita yang sangat besar seperti cita-citaku. Dan yang paling berkesan adalah beliau telah berhasil mengamalkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang sudah kurenungi sejak bertahun-tahun yang lalu, “Laa taghdhob.. laa taghdhob.. – jangan marah.. jangan marah-.”

Ya Allah, jagalah pasangan hidupku di manapun ia berada. Ya Allah, jauhkanlah ia dari berbagai kemaksiatan, berilah ia karunia-Mu untuk merasakan manis dan lezatnya beribadah kepada-Mu.. dan masukkanlah ia ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih. Ya Allah, pertemukanlah aku dengannya tanpa didahului dengan kemaksiatan. Aamiin..

Arsip

Statistik Blog

  • 886.527 hits